Usai memberikan ruang bagi mahasiswa Mahasiswa Outbound Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Batch 3 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa (Unibos), kini peluncuran buku dengan judul “Menulis untuk Bermakna Selamanya” resmi diluncurkan, Jumat (18/10/2024).
Peluncuran buku ini dirangkaikan dengan diskusi buku yang menghadirkan tiga pembicara yaitu Editor dari buku Menulis untuk Bermakna Selamanya sekaligus Wakil Dekan II Fisip Unibos, Zulkhair Burhan, S.IP., M.A. dan dua penulis dari buku ini yakni Khairur Reski Amalia, Peserta PMM 3 Universitas Padjajaran dan Sephia Dwi Melinda W, Peserta PMM 3 UPN Jawa Timur.
Buku yang dluncurkan hari ini memuat 17 cerita dari masing-masing peserta PMM Batch 3 dari Fisip Unibos yang memuat pengalaman serta cerita mereka selama menjalani perkuliahan jauh dari Makassar.
Adapun lauching buku ini dilaksanakan secara simbolis ditandai dengan penyerahan buku pada Wakil Dekan II Unibos oleh kedua penulis yang menjadi pembicara hari ini.
Kemudian, dilanjutkan dengan sesi diskusi buku yang diikuti oleh mahasiswa dan dosen Fisip Unibos yang secara interaktif menanyakan serta berdiskusi lebih jauh tentang cerita-cerita yang dimuat dalam buku Menulis untuk Bermakna Selamanya.
Saat sesi diskusi, Zulkhair Burhan, S.IP., M.A., menyampaikan berbagai cerita dan keseruan dari menyunting tulisan mahasiswa-mahasiswa yang telah dikumpulkan, mulai dari menentukan judul yang tepat hingga proses verifikasi data tulisan yang membutuhkan informasi lebih lanjut.
“Menarik ya, untuk judulnya sendiri terinspirasi dari tagline PMM dan dari buku Pramoedya Ananta Toer. Namun, dalam proses penyuntingan buku ini juga tidak kalah banyak cerita di dalamnya, karena setelah membaca karya mahasiswa saya masih perlu memverifikasi beberapa data dan lagi-lagi itu membuat mahasiswa harus mengingat-ingat momen saat sedang PMM,” tuturnya.
Sesi diskusi masih terus berlanjut dan Khairur Reski Amalia turut mengungkapkan tanggapannya atas launching buku hari ini yang menjadi salah satu pengalaman paling luar biasa yang pernah dilalui setelah menyelesaikan tulisan pertamanya yang diterbitkan menjadi sebuah buku.
“Ini juga pengalaman pertama saya menulis buku hingga terbit walau sebelumnya sudah pernah beberapa kali menulis. Namun, kali ini adalah yang paling bermakna karena dalam proses ini saya bisa menyimpan kenangan selama mengikuti program PMM yang sangat luar biasa bagi saya,” ujarnya.
Di sisi lain, Sephia Dwi Melinda W. juga memiliki cerita menarik yang dibagikan dalam buku ini yaitu tentang penyandang disabilitas yang membuktikan bahwa semua orang setara dan memiliki hak yang sama untuk menempuh pendidikan yang dibuktikan oleh narasumbernya dengan membentuk berbagai komunitas penyandang disabilitas dengan berbagai inovasi dan kreativitas yang dilakukan.
“Saat PMM di UPN itu saya bertemu dengan Mas Rindu, seorang penyandang disabilitas yang dengan semangat juga mengikuti perkuliahan di kelas. Saat itu, saya menemui dan meminta beliau untuk bercerita tentang hari-hari yang dilalui sebagai seorang mahasiswa yang menyandang disabilitas,” tuturnya.
“Ketika bercerita dengan beliau, saya mendapati bahwa para penyandang disabilitas juga ingin mendapatkan ruang yang sama dan setara dengan orang-orang biasanya, dan itu beliau buktikan dengan membentuk berbagai komunitas penyandang disabilitas yang membuat berbagai inovasi dan kreativitas didalamnya,” tutup mahasiswa asal Makassar tersebut.
Hingga akhir sesi diskusi muncul berbagai pertanyaan dan cerita dari ketiga pembicara seputar kisah mereka selama mengikuti PMM, kisah mereka ketika membuat tulisan, dan berbagai cerita lainnya hingga buku Menulis untuk Bermakna Selamanya dapat sampai ke tangan pembaca.