Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Fakultas Teknik (FT) Universitas Bosowa (Unibos) selenggrakan Diskusi Group dengan tema “Resiliensi dan Adaptasi Masyarakat Timor Leste terhadap Perubahan Iklim” yang memantik diskusi interaktif dan berbagai pandangan dari peserta seminar, Kamis (10/10/2024).
Adapun pemateri yang dihadirkan pada Diskusi kali ini adalah Felix Berto Pereira, S.Hut., M.Agrc., yang merupakan seorang pengusaha kopi organik yang tengah menjalani pendidikan Doktornya dalam bidang ilmu lingkungan di Universitas Hasanuddin.
Di kesempatan ini, turut hadir Dekan FT Unibos, Dr. H. Nasrullah, S.T., M.T., dan dua Dosen FT Unibos, Dr. Ir. rudy latif, S.T., M.Si. dan Ir. jumadil, S.T., M.Si., dalam menyambut pemateri dan peserta diskusi yang turut hadir.
Dalam diskusi ini, dibahas secara spesifik tentang kondisi iklim Timor Leste yang rentan terhadap dampak perubahan iklim sebab posisinya yang berada di kawasan rawan bencana alam serta pekerjaan pokok masyarakat yang berpusat di sektor pertanian tradisional.
Sehingga, saat menyampaikan materinya, Felix Berto Pereira, S.Hut., M.Agrc., menyebutkan empat strategi adaptasi dan resiliensi terhadap perubahan iklim yang berfokus pada pertanian berkelanjutan, pemanfaatan pengetahuan lokal, penguatan kapasitas masyarakat, dan mengoptimalkan kebijakan pemerintah.
“Menanggapi rentannya bencana alam akibat perubahan iklim di Timor Leste yang bisa mempengaruhi mata pencaharian masyarakat lokal, dibutuhkan strategi untuk beradaptasi dan resiliensi terhadap kondisi saat ini yaitu dengan menyusun strategi pertanian berkelanjutan, memanfaatkan pengetahuan lokal dan penguatan kapasitas masyarakat, serta optimalisasi kebijakan pemerintah,” pungkasnya.
Selanjutnya, ia juga menekankan bahwa dalam penyusunan strategi ini, sangat dibutuhkan integrasi teknologi terkini dan pengetahuan lokal masyarakat, sehingga disamping mempertahankan budaya lokal, masyarakat juga dapat lebih paham penggunaan teknologi yang menjadi salah satu kebutuhan dasar masa kini.
“Integrasi pengetahuan lokal masyarakat dan teknologi diperlukan untuk menjaga keselarasan dengan lingkungan sekitar, sebab penanaman kopi secara tradisional dinilai menjadi bagian penting dari adaptasi ini untuk mempertahankan kualitas tanah dan keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.
Kemudian, beliau juga menyebutkan bahwa untuk mencapai strategi yang berkelanjutan ini, dibutuhkan penguatan pondasi atau kapasitas masyarakat sebagai elemen utama dalam mencegah dampak perubahan iklim melalui pelatihan dan pendidikan.
“Program pelatihan dan pendidikan dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran atas perubahan iklim dan memeberikan keterampilan dalam mengelola risiko bencana. Contohnya, kelompok petani didorong untuk memanfaatkan teknologi ramah lingkungan untuk meningkatkan ketahanan terhadap fluktuasi harga pasar global,” tambahnya.
Terakhir, pada diskusi ini juga dibahas keterlibatan pemerintah dalam membentuk kebijakan dalam mendukung strategi adaptasi ini seperti membangun kerja sama internasional untuk memperkuat kerangka mitigasi bencana hingga pada implementasinya untuk mengembangkan infrastuktur tahan bencana dan pelestarian hutan.
“Dalam mengoptimalkan strategi adaptasi ini, pemerintah Timor Leste bekerja sama dengan organisasi internasional untuk memperkuat kerangka kebijakan terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim seperti pengembangan infrastruktur tahan bencana dan pelestarian hutan,” tutup akademisi bidang lingkungan tersebut.
Diskusi ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih luas pada mahasiswa terkait kondisi lingkungan internasional untuk mengasah kemampuan analisis dan perspektif global berkaitan dengan bidang ilmu teknik lingkungan.