Mengusung tema Deteksi Orientasi Seksual dan Hidup Tenang Dengan Fitrah, Fakultas Psikologi Universitas Bosowa (Unibos) gelar Talkshow di Auditorium Aksa Mahmud Lantai 9 Gedung II Unibos, Rabu (01/03).
Kegiatan yang diselenggarakan dengan bekerjasama Yayasan Peduli Sahabat ini dihadiri 100 peserta bukan hanya dari mahasiswa Fakultas Psikologi Unibos, juga diikuti peserta dari masyarakat luar yang tertarik pada topik tersebut.
Mendatangkan Agung Sugiyarto,S.Pd dan Trisnawaty Azis,S.Psi.M.Psi sebagai pemateri, kegiatan ini berlangsung sangat menarik bagi mahasiswa dengan diangkatnya berbagai contoh kasus yang mendukung. Termasuk isu terkait LGBT.
Trisnawaty Azis,S.Psi.M.Psi, psikolog yang menyelesaikan studi magister di Universitas Tarumanegara sekaligus Dosen di UIN Alauddin Makassar ini menyebutkan jika dari hasil survey yang dilakukan terhadap beberapa kelompok LGBT di Kota Makassar ini, 80% diantaranya merupakan kalangan mahasiswa. Menurutnya, salah satu penyebab terjadinya hal ini dikarenakan rendahnya peran orang tua sebagai tempat pengembangan apresiasi diri.
“Bagi anak remaja saat ini yang telah terjerumus kedalam kelompok-kelompok yang dimaksud memang tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Sebab orientasi seksual dalam kehidupan remaja terkait kasus LGBT saat ini itu dipengaruhi dari beberapa faktor seperti lingkungan, biologi dan kognitifnya. Ini yang bisa mengubah cara pandang kehidupan termasuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang bersangkutan”, tuturnya.
Psikolog yang juga merupakan salah satu konsultan di Makassar ini menambahkan, yang perlu ditekankan bagi seseorang untuk keluar dari persoalan adalah dengan memahami kebermaknaan hidup.
Dalam talkshow yang berfokus pada pembahasan orientasi seksual ini juga diungkapkan anggapan dari Agung Sugiyarto,S.Pd. Lelaki yang kerap disapa Sinyo Egie ini menuturkan jika untuk menghindarkan remaja terkait LGBT dapat dimulai dengan pembentukan karakter sejak ini.
Konselor sekaligus Ketua Peduli Sehat ini menambahkan jika penguatan karakter sejak balita dapat mengatasi trauma pada diri seseorang. Sebab trauma yang berkepanjangan jugalah yang mampu memicu terjadinya “salah alur” bagi para remaja dalam memahami kehidupan.