Mahasiwa pengelola Surat Kabar Kampus (SKK) Intelektual Universitas Bososwa (Unibos) 45 Makassar ikut serta dalam workshop jurnalisme damai yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulsel, Sabtu (22/8). Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Grand Imawan Jalan Pengayoman Makassar.
Anggota SKK yang mewakili Unibos adalah Herman Pelani (Pemimpin Redaksi), Tahir (Menejer Produksi, Kasianto (Sekertaris) serta Nova Candra. Mereka berbaur dengan ratusan peserta yang terdiri dari praktisi Media dan Humas se-Sulawesi Selatan tersebut. Melalui kegiatan ini, peserta diberikan pemahaman tentang Jurnalisme damai dengan menghadirkan pemateri yang berkompeten dari FKPT seperti Prof. Dr. H. Arfin Hamid,SH, MH (Ketua FKPT), Drs. H. Waspada Santing, M.Sos.I, M. HI, Dr. H. Sinansari Encip, MS (Direktur MUI TV) dan dari BNPT.
Dalam materinya yang berjudul Perkembangan dan Potensi Radikal-Terorisme di Sulsel, Prof. Arfin Hamid mengatakan bahwa Radikal Teroris merupakan kelompok yang mengusung dan mengatasnamakan ideologi keagamaan, penghancuran, pembunuhan bersifat massive, menyebarkan rasa takut yang luas dan paksakan ideologinya dengan cara kekerasan.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa radikal-terorisme merupakan ancaman yang sangat serius bagi keutuhan NKRI, maka itu harus dicegah bersama-sama oleh seluruh rakyat Indonesia.
Sementara Waspada Santing melalui materinya yang berjudul Liputan dan Pemberitaan Teroris mengatakan bahwa relasi media massa dan terorisme menjadi simbiosis mutualisme, kedua belah pihak memerlukan dalam hubungan yang saling “menguntungkan”.
Media massa memosisikan informasi sebagai transaksi komoditi untuk memenuhi kebutuhan konsumen di pasar informasi, sehingga informasi yang sensasional selalu mendapat tempat utama dalam ruang berita. Di sisi lain, tindak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok teroris merupakan fakta sosial yang dapat diolah menjadi fakta media. Fakta tersebut merupakan komoditas bernilai tinggi oleh media.
Lebih lanjut dosen Universitas Bosowa 45 ini mengatakan bahwa meliput dan memeberitakan terorisme adalah bagian dari perang terhadap terorisme. Pencegahan terorisme adalah tugas bersama bukan hanya urusan BNPT dan kepolisian.
“Media massa harus mengingatkan dan membantu menemukan akar terorisme di tengah masyarakat, mencegah melalui program deradikalisasi jauh lebih efektif ketimbang penindakan pasca kejadian.” Kata Waspada.
Senada dengan itu, Sinansari Encip mengatakan media massa memiliki peran dan tangggung jawab dalam upaya pencegahan propaganda gerakan radikal terorisme. Dosen Pascasarjana Universitas Sahid tersebut berharap agar wartawan dalam menulis berita radikal terorisme hendaknya memilih kalimat yang tepat.
“Jika terjadi konflik laporkan dengan cara yang lembut, dinginkan suasana, tidak konfrontatif serta memberika solusi sebagai mana fungsi media mendidik, memberikan informasi, melanjutkan pewarisan, mengkritik, tidak memecah belah (merekatkan) dan menghibur.” Kata Encip yang juga wartawan senior. (Man)
RAIH PRESTASI PENELITI DAN PRESENTER TERBAIK DI FMI 16, WR III UNIBOS EDUKASI PELAKU UMKM MANFAATKAN DIGITALISASI KELOLA FINANSIAL
Dr. Seri Suriani, S.E., M.Si., selaku Wakil Rektor III Universitas Bosowa (Unibos) raih prestasi sebagai peneliti dan presenter terbaik dalam...
Read more