Kuliah Umum bersama Abby Witts sebagai perwakilan dari Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) memberikan kuliah umum dengan tema Indonesia-Australia Relations In Australian Perspective, Senin (25/5). Kuliah umum yang dihadiri oleh mahasiswa dan dosen-dosen dari Ilmu Hubungan Internasional ini bertempat di Ruang Rapat Senat Lantai 9, Gedung 1, Universitas Bosowa (Unibos).
“Saat ini, kita tahu bersama bahwa banyak peristiwa yang membuat hubungan Indonesia dan Australia memunculkan banyak asumsi-asumsi baru. Olehnya, apa yang terjadi hari ini harus dilihat dari dua perspektif yang berimbang. Tidak hanya dari kacamata kita sebagai rakyat Indonesia, melainkan juga dari perspektif masyarakat Autralia terhadap Indonesia,” ungkap Abd. Haris Hamid, SH., MH. Selaku Wakil Rektor III Unibos saat membuka kuliah umum.
Abby Witts juga merupakan mahasiswa dan dosen Junior di Departemen Bahasa dan Linguistik, Fakultas Pendidikan, Humaniora dan Hukum, Flinders University, Australia. Dalam kuliah umum yang dibawakannya fasih dalam bahasa Indonesia, Abby Witts menampilkan banyak data statistik tentang hubungan emosional dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia dan Australia yang saling berkaitan. Banyak bahasa asli Australia yang jurstru diserap dari bahasa Makassar, bahasa Indonesia.
“Saya tidak memungkiri adanya hubungan yang memenas akhir-akhir ini. Namun wajar saja, Australia pada dasarnya memang menjadikan hukuman mati sebagai hukuman yang tabu untuk diterapkan. Tapi, saya percaya bahwa ada banyak faktor-faktor internal yang mendasari pemerintah Indonesia untuk sama sekali tidak merubah keputusan,” ungkap Abby Witts.
Abby mengungkapkan bahwa tidak semua masyarakat Australia menentang hukuman mati. Berbagai faktor juga menjadi pertimbangan masyarakat Australia. Gonjang-ganjing politik di negeri kangguru ini pun masih sangat berpengaruh terhadap sifat eksternal masyarakat dan pemerintah baik ke masyarakatnya secara internal maupun secara internasional.
“Namun saya melihat bahwa kita hanya belum saling mengenal saja. Kedepannya, saya berharap semakin banyak transfer mahasiswa/masyarakat dari Indonesia ke Australia, ataupun sebaliknya. Sehingga, ada orang-orang asli yang bisa memberikan pemahaman langsung kepada masyarakat di sana. Tentang pemerintahan, agama, budaya, dan lain-lain. Untuk mahasiswa Australia yang belajar di Indonesia, mungkin agak sulit beradaptasi secara budaya. Namun dari segi pengalaman untuk pernah tinggal di Indonesia sangat bermanfaat,” tutup Abby. (Humas Unibos)