Dalam rangka mengenalkan tokoh Karaeng Pattingaloang kepada masyarakat utamanya mahasiswa, Makassar International Writers Festival (MIWF) Rumah Budaya Rumata, mengadakan seminar di Auditorium Aksa Mahmud gedung 2 lantai 9 Unibos, Kamis (4/6).
MIWF di tahun kelimanya ini, mengusung tema “Karaeng Pattingaloang”. Even tahunan ini, memang rutin mengangkat sastrawan, tokoh intelektual, budayawan, serta tokoh sejarah sebagai tema utama seluruh rangkaian acara MIWF. Beberapa tokoh yang telah diangkat adalah Muhammad Salim (Penerjemah Naskah I Lagaligo), Mattulada (Budayawan Sulsel), Daeng Myala ((Sastrawan angkatan Pujangga Baru asal Sulsel), dan Baharuddin Lopa (Pembela Hak Asasi Manusia dan Pemberantas Korupsi).
Hadir sebagai pembicara dari kalangan budayawan dan penulis seperti JJ Rizal (Penulis dan Budayawan), Nirwan Asuka (Penulis), dan Alwi Rahman (Dosen Sastra) yang dipandu oleh moderator Aslan Abidin.
Dalam rangkaian acara ini, Karaeng Pattingaloang dikenalkan sebagai Perdana Menteri, Diplomat Ulung penguasa 18 bahasa yang pernah dimiliki oleh Bangsa Indonesia di zaman Kerajaan Gowa-Tallo. Sosok Karaeng Pattingaloang yang tersohor diungkapkan oleh Nirwan Asuka sebagai sosok yang sulit ditemui hari ini. Karaeng Pattingaloang dikenal sebagai sosok yang mampu meramu kapasitas intelektual dan kepiawaian dalam berpolitik secara mengagumkan.
Dari kaca mata penulis dan budayawan JJ Rizal, peran tokoh Karaeng Pattingaloang dalam mengibarkan bendera kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo seharusnya hadir sebagai inspirasi, teladan dan kebanggaan bagi generasi muda dan para pemimpin bangsa hari ini.
Kegiatan ini diikuti oleh puluhan peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum serta peserta dari dari berbagai Negara. “Diharapakan dengan adanya seminar tersebut, masyarakat utamanya mahasiswa dapat lebih mengenal, meneladani, serta bangga akan ketokohan Karang Pattingaloang,” ungkap Dila selaku Koodinator kegiatan.
Ada banyak keteladanan yang bisa dipelajari dari seorang tokoh Karaeng Pattingaloang. Perkataan dan perilakunya mencerminkan pelopor keberadaban. Alwi Rahman menyampaikan salah satu perkataan yang harusnya menjadi nasehat bagi semua bahwa kebangsawanan tidak ditentukan oleh keturunan tapi ditentukan oleh pikiran. (Man)