Fakultas Teknik, Jurusan Kimia Unibos menggelar Seminar Nasional dengan tema Optimalisasi Teknologi dan Potensi Lokal Menghadapi Masyarakat Ekonmi Asean (MEA). Bertempat di Auditorium Aksa Mahmud, Lantai 9, Gedung II Unibos, Peserta seminar disambut dengan Musik Botol persembahan Bengkel Seni Teknik Unibos dan Tari Pa’duppa, tari penyambutan khas dari daerah Sulawesi Selatan.
Seminar nasional yang terselenggara atas kerjasama Bosowa, Badan Koordinasi Kegiatan Mahasiswa Teknik Kimia Indonesia (BKKMTKI), Persatuan Insisyur Indonesia (PII), dan Kementrian Perdagangan ini menghadirkan empat pembicara yang ahli di bidangnya masing-masing dan menjadi acuan dalam mengembangkan potensi menghadapi MEA. Hadir sebagai pembicara, Ir. Sondang Angraini selaku staf ahli bidang diplomasi perdagangan, Ir. Faizal Safa.M.Sc, IPM selaku Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia, Dr. Hawingyo selaku Sekretaris Kopertis, Dr. A. Aladin Mustamin, MT. selaku Dosen Pascasarjana Teknik Kimia, Universitas Muslim Indonesia (UMI).
“Sebagai akademisi, peran aktif kita untuk menjadi terdepan dalam pembangunan kapasitas untuk menghadapi MEA harus Nampak. Jika tidak, kita hanya akan menjadi penonton di negeri kita sendiri,” Ungkap Ir. Agus Salim, Dekan Fakultas Teknik Unibos saat membuka seminar, Senin (18/5).
Seminar nasional ini menjadi rangkaian dalam pelaksanaan rapat tahunan Mahaiswa Teknik Kimia se-Sulawesi Selatan (Wilayah V). Para peserta rapat yang direncanakan akan terlibat pada Selasa (19/5) adalah Mahasiswa Teknik Kimia dari Universitas Muslim Indonesia (UMI), Politeknik Negeri Ujung pandang, Universitas Kristen Indonesia Paulus (UKI Paulus), Universitas Fajar (UNIFA), Akademi Teknik Industri Makassar.
“MEA adalah tantangan. Kedepannya, kita ingin menjadi basis produksi. Olehnya, kita harus pandai-pandai melihat peluang. Food Agriculture, Forestry, dan lain-lain harus senantiasa membuat kita peka untuk mengoptimalkan pemanfaatan. Sehingga kedepannya, kita bisa muncul sebagai kawasan ekonomi Asia yang berdaya saing. Selain itu, peluang akademisi untuk banyak terlibat dalam proses menghadapi MEA ini harus terus dimunculkan. Peluang untuk terus bersekolah agar mampu bersaing dengan orang-orang luar harus dikejar,” ungkap Ir. Sondang Angraini saat menyampaikan materi mengenai kondisi dan strategi menghadapi MEA.
Pentingnya peran institusi pendidikan di dalam menghadapi MEA menjadi isu yang menarik untuk didiskusikan. Sama halnya dengan Ir. Faizal Safa.M.Sc, IPM saat menerangkan tentang Peran lulusan perguruan tinggi dalam menghadapi MEA. “Lima butir rekomendasi Insinyur Indonesia dalam upaya menciptakan pembangunan nasional bernilai tambah adalah memperkuat penguasaan dan pengembangan teknologi, memprioritaskan peran EPC/kontraktor nasional dalam pembangunan proyek-proyek infrastruktur, Mensyaratkan pemakaian dalam negeri, meningkatkan daya saing dan nilai keekonomian proyek dengan penyediaan pendanaan, mendorong peran dan kompetensi insinyur,” jelasnya. (Humas Unibos)