Pembelajaran lintas budaya di Universitas Bosowa semakin relevan dengan kebutuhan pendidikan masa kini yang menuntut calon pendidik memahami keberagaman masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dalam pelaksanaan study tour mata kuliah Pemahaman Lintas Budaya oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia dan PGSD ke Kabupaten Tana Toraja pada 21–23 November 2025. Kegiatan ini memberikan pengalaman pembelajaran langsung agar mahasiswa dapat melihat praktik budaya masyarakat, bukan hanya mempelajarinya secara teoretis di ruang kelas.
Tujuan utama kegiatan adalah memberikan pemahaman nyata mengenai keberagaman budaya melalui interaksi langsung dengan tradisi, nilai, dan kearifan lokal masyarakat Toraja. Pendekatan experiential learning ini memperkuat wawasan mahasiswa bahwa kebudayaan bukan sekadar konsep akademik, tetapi hidup dan diwariskan melalui praktik sosial sehari-hari. Dengan memahami budaya secara kontekstual, mahasiswa dibekali perspektif luas dalam melihat dinamika pluralitas Indonesia.
Selama tiga hari study tour, mahasiswa mengunjungi sejumlah situs budaya penting seperti Burake, Liang Suaya, Tampang Allo, dan Kete Kesu. Mereka melakukan observasi mengenai praktik budaya, sistem kepercayaan, serta struktur sosial masyarakat Toraja. Selain mempelajari ritual pemakaman, simbol identitas budaya, dan filosofi hidup masyarakat setempat, mahasiswa juga mengamati arsitektur Tongkonan serta penataan ruang kampung adat. Pendokumentasian kegiatan dilakukan sebagai bagian dari laporan akademik.
Pengalaman budaya paling mendalam muncul saat mahasiswa melihat bagaimana masyarakat Toraja memaknai kematian sebagai transisi menuju kehidupan berikutnya. Sistem pemakaman yang terhubung dengan status sosial, keberadaan patung tau-tau, hingga bentuk kuburan batu menunjukkan bahwa budaya, kepercayaan, dan identitas masyarakat saling berkaitan erat. Nilai-nilai leluhur terbukti masih dijaga dan dipraktikkan secara konsisten, menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat hingga saat ini.
Kegiatan study tour ini tidak hanya memperluas pengetahuan budaya, tetapi juga memberikan dampak terhadap cara mahasiswa memandang proses belajar sebagai calon pendidik. Interaksi langsung dengan lingkungan budaya membantu mereka mengembangkan kepekaan, empati, dan kemampuan memahami keberagaman peserta didik. Pengalaman ini menjadi bekal penting agar di masa mendatang mereka mampu merancang pembelajaran yang inklusif, menghargai identitas budaya, dan relevan dengan kehidupan siswa.