Monitoring dan evaluasi (monev) KKN Tematik ke 59 Universitas Bosowa berlangsung pada Kamis, 4 Desember 2025 di Kantor Kecamatan Biringkanaya. Kegiatan ini menjadi ruang penting untuk memotret capaian program mahasiswa sekaligus memperkuat kemitraan antara Unibos dan pemerintah kecamatan dalam agenda pengembangan lingkungan dan masyarakat. Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran Wakil Rektor 1, 2, dan 3, Direktur LPPM beserta jajarannya, serta dosen pembimbing lapangan.
Perwakilan mahasiswa melaporkan sejumlah program strategis yang telah dijalankan, mulai dari sosialisasi pengelolaan sampah kepada warga, edukasi ke lebih dari 30 sekolah di seluruh Kecamatan Biringkanaya, pemasangan enam unit tebak modern di lima titik, hingga kegiatan rutin Jumat Bersih bersama masyarakat. Mahasiswa juga terlibat dalam penguatan TPS 3R, urban farming, penyuluhan kesehatan oleh mahasiswa kedokteran, edukasi pemilahan sampah melalui kunjungan rumah ke rumah, serta desain lingkungan oleh mahasiswa arsitektur. Seluruh program ini dijalankan bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan aparat kelurahan untuk mendorong Untia menjadi kelurahan percontohan pemilahan sampah.
Camat Biringkanaya, Juliaman, S.Sos., menyampaikan apresiasi atas kontribusi mahasiswa Unibos di wilayah yang memiliki populasi lebih dari 216 ribu jiwa dan menjadi kawasan strategis dengan berbagai agenda pengembangan, termasuk rencana pembangunan dua stadion besar. Ia menegaskan bahwa program mahasiswa telah meningkatkan aktivitas pengelolaan sampah, mengaktifkan kelompok pemilahan di tingkat warga, dan memperkuat TPS 3R serta bank sampah Untia. “Harapan kami, kelurahan Untia ke depan dapat menjadi role model pemilahan sampah di Kota Makassar,” ujarnya.
Rektor Universitas Bosowa, Prof. Dr. Ir. Batara Surya, S.T., M.Si., dalam sambutannya menekankan bahwa keberhasilan KKN bukan hanya diukur dari dokumentasi program, tetapi dari dampak nyata yang dirasakan masyarakat. Beliau menegaskan bahwa Untia merupakan kawasan dengan nilai strategis tinggi bagi pembangunan Kota Makassar, sehingga masyarakat harus disiapkan menghadapi pertumbuhan ekonomi baru, termasuk kehadiran stadion bertaraf nasional. “Program mahasiswa tidak boleh berhenti ketika KKN selesai. Jika ada kebutuhan strategis, pemerintah kecamatan dapat langsung berkoordinasi dengan universitas untuk menghadirkan kembali dosen maupun mahasiswa melalui program pengabdian, magang, atau riset,” jelasnya.
Prof. Batara juga mendorong sinergi pentahelix antara kampus, pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan media, agar program lingkungan dan pemberdayaan di Untia berlangsung berkelanjutan. Beliau mengajak pemerintah kecamatan dan seluruh lurah untuk hadir dalam pertemuan lanjutan di Unibos minggu depan, guna menyelaraskan program kampus dengan kebutuhan wilayah. “Indikator keberhasilan kolaborasi adalah ketika pendapatan masyarakat meningkat dan kualitas hidup mereka membaik. Itu yang menjadi tujuan hadirnya perguruan tinggi di tengah masyarakat,” tegasnya.
Kegiatan monev ini menegaskan komitmen Universitas Bosowa sebagai institusi pendidikan yang menghadirkan solusi bagi masyarakat dan mendukung agenda strategis pemerintah setempat. Melalui kolaborasi jangka panjang, Untia dan Kecamatan Biringkanaya diharapkan berkembang sebagai kawasan percontohan pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat berbasis edukasi dan inovasi.