Universitas Bosowa (Unibos) terus menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan dengan menyelenggarakan kegiatan Pembentukan Tim Pemilahan Sampah, yang digelar pada Rabu, 15 Oktober 2025, di Lounge Lantai 1 Gedung I Universitas Bosowa. Kegiatan ini diinisiasi oleh Bosowa Peduli bekerja sama dengan Yayasan Aksa Mahmud dan Universitas Bosowa, sebagai langkah nyata menuju penerapan konsep kampus hijau (green campus) dan zero waste di lingkungan Unibos.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Rektor I Universitas Bosowa, Dr. Sutia Budi, S.Pi., M.Si., Deputy Head Bosowa Peduli, Marini Ambo Wellang, serta Ibu Rosnani, S.Ip., M.Sc.. Melalui kegiatan ini, Unibos membentuk tim khusus yang melibatkan 23 mahasiswa peserta KKN Intern untuk membantu edukasi dan implementasi sistem pemilahan sampah di seluruh area kampus. Setiap mahasiswa akan berperan sebagai pendamping yang memberikan edukasi kepada sivitas akademika dalam membuang sampah sesuai kategori yang telah disediakan.
Dalam wawancaranya, Marini Ambo Wellang menjelaskan bahwa pembentukan tim ini merupakan upaya strategis menghadapi kondisi darurat sampah di Kota Makassar. “Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan edukasi di lingkup Bosowa, khususnya Yayasan Bosowa dan Universitas Bosowa. Kami berharap sivitas akademika dapat berperan aktif dalam pemilahan dan pengurangan sampah yang dibuang ke TPA, karena kondisi TPA saat ini sudah over capacity,” ungkapnya.
Marini juga memaparkan bahwa Unibos telah menerapkan tiga jenis pemilahan sampah, yakni warna hijau untuk sampah organik seperti sisa makanan dan dedaunan, warna kuning untuk sampah bernilai seperti plastik, kaleng, dan kaca, serta warna merah untuk sampah residu seperti sedotan, kresek, atau kemasan tipis. Selain itu, Unibos juga memiliki dropbox khusus untuk sampah B3 seperti baterai dan limbah laboratorium, serta telah mengembangkan biopori jumbo dan sumur resapan di 48 titik kampus untuk pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Lebih lanjut, Marini menambahkan bahwa Bosowa Peduli juga tengah mengembangkan pengolahan sampah organik menggunakan metode Maggot Black Soldier Fly (BSF). “Kami akan melatih mahasiswa agar memahami siklus hidup maggot dan proses pengolahan sampah menjadi kasgot atau kompos. Dengan begitu, mereka bisa menjadi kader lingkungan yang memahami manfaat langsung dari pemilahan dan pengolahan sampah,” jelasnya.
Melalui kegiatan ini, Universitas Bosowa memperkuat perannya sebagai institusi pendidikan yang berwawasan lingkungan dan berorientasi pada solusi berkelanjutan. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lain dalam mengelola sampah secara mandiri serta menumbuhkan kesadaran ekologis di kalangan mahasiswa dan seluruh sivitas akademika.