Takalar, Sulsel – Melalui riset inovatif dan pengembangan teknologi mutakhir, tim dosen Universitas Bosowa yang terdiri dari Hedianto, Andi Tenri Sose, dan Lisa Amalia bersama tim teknis serta mahasiswa lintas disiplin ilmu memperkenalkan sistem computer vision untuk pemantauan hama tanaman di Dusun Bontobila, Desa Bontomanai, Kecamatan Mangara Bombang, Kabupaten Takalar. Inisiatif ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional dengan pendekatan berbasis teknologi cerdas.
Kegiatan observasi dan sosialisasi ini dilaksanakan bekerja sama dengan Kelompok Tani Sipakainga, salah satu kelompok tani unggulan di Kabupaten Takalar. Lebih dari 20 mahasiswa yang tergabung dalam kelompok studi Computer Vision dan Hama Tanaman turut terjun langsung mendampingi petani, mengaplikasikan teknologi terkini untuk meningkatkan produktivitas pertanian lokal.
“Inovasi ini dirancang untuk membantu petani mengendalikan hama secara lebih efektif dan ramah lingkungan. Dengan kamera deteksi hama tenaga surya yang dilengkapi SIM card, drone multispektral, dan lampu perangkap hama, petani dapat memantau populasi hama secara real-time serta mengambil langkah cepat dalam pengendalian,” jelas Hedianto.
Teknologi ini memungkinkan analisis mendalam mengenai kondisi tanaman. Aplikasi computer vision berbasis web yang dikembangkan tim dapat memproses gambar dari kamera dan drone secara otomatis, mendeteksi jenis hama, tingkat kerusakan tanaman, dan memberikan rekomendasi tindakan pengendalian yang presisi. Seluruh data dapat diakses petani melalui smartphone, menghadirkan kemudahan dalam pengelolaan lahan pertanian.
Selain itu, mahasiswa juga aktif memanfaatkan media sosial Instagram untuk mengedukasi masyarakat dengan tips pengendalian hama dan tutorial penggunaan aplikasi. Pendekatan ini memperluas dampak kegiatan, sekaligus menjadi ajang pembelajaran langsung bagi mahasiswa untuk mengintegrasikan teknologi komputer, elektronika, dan agronomi.
Andi Tenri Sose menegaskan pentingnya kolaborasi di lapangan. “Teknologi hanyalah satu sisi solusi. Pemahaman dan partisipasi aktif petani adalah faktor utama keberhasilan. Kami selalu mengedepankan pelatihan langsung agar petani benar-benar memahami dan memanfaatkan teknologi ini,” ujarnya.
Lisa Amalia menambahkan, “Data yang dikumpulkan melalui kamera dan drone dianalisis untuk melihat tren serangan hama. Ini membantu kita memprediksi potensi serangan dan merancang strategi pengendalian yang lebih efisien.”
Program ini disambut antusias petani setempat. Ketua Kelompok Tani Sipakainga, Ardiansyah, menyampaikan apresiasinya atas dampak positif teknologi tersebut. “Kami merasa lebih percaya diri dalam mengelola lahan. Keputusan yang kami ambil sekarang berbasis data, bukan sekadar perkiraan,” katanya.
Keberhasilan program ini menegaskan komitmen Universitas Bosowa untuk menjadi pusat inovasi di Indonesia Timur, sekaligus mencetak lulusan yang siap menghadapi tantangan pertanian modern. Model pertanian berbasis teknologi yang dikembangkan di Takalar ini diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain sebagai langkah menuju swasembada pangan nasional yang berkelanjutan.
“Dengan sinergi antara akademisi, mahasiswa, petani, dan teknologi, swasembada pangan bukan lagi mimpi, tetapi target yang bisa dicapai bersama,” tegas Hedianto.