Jeneponto – Universitas Bosowa (Unibos) kembali membuktikan kiprahnya dalam menghadirkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Kali ini, dosen dan mahasiswa dari bidang Teknologi Informasi bersama tim Ekowisata Kopi melaksanakan program pengabdian masyarakat di Kampoeng Kopi Rumbia, Kabupaten Jeneponto. Mengusung judul “Transformasi Ekowisata Kopi melalui Teknologi Informasi: Optimalisasi Website dan Media Sosial untuk Peningkatan Daya Tarik Wisata,” program ini menjadi langkah penting dalam menjembatani kearifan lokal dengan teknologi digital.
Kegiatan yang didukung pendanaan dari Kemdiktisaintek ini menghadirkan sinergi antara dosen, mahasiswa, dan masyarakat lokal. Sebanyak 20 mahasiswa terlibat aktif, terbagi dalam dua kelompok besar: kelompok Teknologi Informasi yang fokus mengembangkan website dan media sosial, serta kelompok Ekowisata Kopi yang mendampingi masyarakat dalam merancang narasi wisata yang menarik sesuai budaya lokal.
Salah satu koordinator lapangan, Zulkifli, menegaskan bahwa ekowisata kopi bukan sekadar atraksi wisata, tetapi juga identitas budaya yang perlu dikembangkan. “Kopi bukan hanya soal minuman, tetapi juga identitas budaya dan potensi wisata. Dengan sentuhan teknologi informasi, kami berharap Kampoeng Kopi Rumbia bisa lebih dikenal secara nasional bahkan internasional,” ujarnya.
Sementara itu, dua anggota tim lainnya, Andi Rasyid Pananrangi dan Arief Fauzan, menekankan pentingnya kemandirian masyarakat dalam mengelola ekowisata. “Masyarakat perlu didukung agar mampu mengelola ekowisata kopi secara mandiri dan berkelanjutan. Kehadiran website dan media sosial yang profesional akan meningkatkan daya tarik wisatawan dan membuka peluang ekonomi baru,” ungkap mereka.
Sebelum memasuki tahap pelatihan digital, tim terlebih dahulu melakukan observasi lapangan dan pemetaan kebutuhan masyarakat. Dari hasil observasi ditemukan bahwa Kampoeng Kopi Rumbia telah memiliki daya tarik wisata yang kuat, mulai dari hamparan kebun kopi hingga edukasi pengolahan kopi. Namun, promosi selama ini masih mengandalkan cara tradisional dari mulut ke mulut. Karena itu, strategi digital dinilai penting untuk memperluas jangkauan wisata.
Antusiasme juga datang dari masyarakat setempat. Salah seorang tokoh masyarakat mengungkapkan rasa syukurnya atas pendampingan yang diberikan mahasiswa dan dosen Unibos. “Kami merasa sangat terbantu. Selama ini kami hanya fokus menanam kopi dan melayani tamu yang datang langsung. Dengan adanya website dan media sosial, wisata kopi di kampung kami bisa lebih dikenal luas. Semoga semakin banyak pengunjung yang datang dan memberi manfaat ekonomi bagi warga,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan ini memperlihatkan sinergi akademisi dan masyarakat. Mahasiswa tidak hanya berbagi ilmu, tetapi juga belajar dari pengalaman petani dalam mengelola kebun kopi. Hal ini sejalan dengan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menekankan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Atas terlaksananya kegiatan ini, tim juga menyampaikan terima kasih kepada Kemdiktisaintek. Andi Rasyid Pananrangi menambahkan, “Program ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang keberlanjutan budaya kopi dan pemberdayaan masyarakat. Terima kasih kepada Kemdiktisaintek yang sudah memberi dukungan penuh,” katanya.
Dengan adanya optimalisasi website dan media sosial, citra positif ekowisata kopi di Jeneponto diharapkan semakin kuat. Wisatawan dapat mengakses informasi, melakukan reservasi secara online, hingga membagikan pengalaman mereka di platform digital. Jika berkelanjutan, program ini bukan hanya meningkatkan jumlah kunjungan wisata, tetapi juga menciptakan peluang kerja baru, memperkuat ekonomi desa, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Transformasi digital yang dilakukan di Kampoeng Kopi Rumbia membuktikan bahwa teknologi informasi tidak hanya relevan di perkotaan, tetapi juga bisa menjadi alat pemberdayaan masyarakat pedesaan. Dengan sinergi akademisi, mahasiswa, dan masyarakat, ekowisata kopi Jeneponto kini menatap masa depan dengan optimisme sebagai destinasi wisata kopi yang berdaya saing tinggi.