Gowa, Sulawesi Selatan – Universitas Bosowa (Unibos) kembali menunjukkan perannya sebagai kampus inovatif dengan menghadirkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan drone untuk membantu petani kopi di Desa Jenetallasa, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Gowa. Kegiatan ini dilaksanakan melalui program pengabdian kepada masyarakat dengan skema pemberdayaan berbasis masyarakat yang didukung pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Program yang diketuai oleh dosen Unibos, Sudirman, bersama Darmawati Manda dan Hedianto, melibatkan langsung 20 mahasiswa yang terbagi ke dalam kelompok AI dan kelompok drone. Mereka bersama-sama menggandeng Kelompok Tani Aroma Arabika untuk memperkenalkan cara baru memantau kesehatan tanaman kopi dengan teknologi modern.
Menurut Sudirman, pemanfaatan AI dan drone ini merupakan jawaban atas tantangan nyata yang dihadapi petani. “Selama ini petani sering terlambat mengetahui adanya serangan hama atau penyakit karena keterbatasan dalam memantau lahan. Dengan AI dan drone, masalah itu bisa diantisipasi lebih cepat sehingga hasil panen tidak turun,” jelasnya.
Langkah awal program ini dimulai dengan sosialisasi dan perkenalan teknologi kepada para petani. Dosen pelaksana, Darmawati Manda, menegaskan pentingnya membangun pemahaman dasar agar petani tidak merasa asing dengan teknologi. “Kami ingin menunjukkan bahwa AI dan drone bukan sesuatu yang rumit. Justru teknologi ini bisa menjadi alat bantu sederhana untuk meningkatkan produktivitas,” katanya.
Antusiasme besar datang dari para petani yang hadir. Ketua Kelompok Tani Aroma Arabika, Samsul Bahri, mengaku optimis teknologi ini akan membawa perubahan nyata. “Biasanya kami baru tahu ada penyakit setelah pohon menunjukkan gejala parah. Dengan drone, kami bisa tahu lebih cepat tanpa harus masuk jauh ke kebun. Ini tentu sangat membantu,” ujarnya.
Selain memberikan manfaat langsung bagi petani, program ini juga membuka ruang pembelajaran lapangan yang luas bagi mahasiswa. Hedianto menekankan bahwa kegiatan ini menjadi contoh sinergi antara akademisi dan masyarakat. “Mahasiswa tidak hanya belajar teori di kelas, tapi juga mengaplikasikan ilmunya untuk menjawab masalah nyata. Sementara masyarakat mendapat solusi praktis yang bisa langsung digunakan. Inilah bentuk timbal balik yang kami harapkan,” paparnya.
Kepala Desa Jenetallasa, Muh. Yusuf, menyampaikan apresiasinya kepada Unibos atas hadirnya program ini. “Kami bangga karena desa kami menjadi lokasi penerapan teknologi canggih seperti ini. Semoga ke depannya program ini terus berlanjut, bahkan bisa dikembangkan ke komoditas lain,” tuturnya.
Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, di mana pengabdian masyarakat dilakukan dengan cara yang inovatif sekaligus berdampak langsung. Ke depan, tim Unibos berencana melanjutkan pelatihan intensif penggunaan drone, pengembangan sistem AI sederhana, hingga praktik langsung di lahan kopi. Tidak hanya di Gowa, model program ini juga berpotensi direplikasi di sentra kopi lain seperti Enrekang dan Toraja.
“Ini baru langkah awal. Harapan kami, para petani kopi di Gowa bisa menjadi pionir dalam pemanfaatan teknologi pertanian modern yang akan memperkuat daya saing sektor agrikultur Indonesia,” pungkas Sudirman.