Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Bosowa kembali menunjukkan semangat inovatifnya lewat proyek pengembangan material arsitektur berkelanjutan. Dalam mata kuliah Teknologi Bahan Bangunan, sekelompok mahasiswa menghadirkan terobosan berupa panel dinding aromatik berbahan dasar limbah ampas kopi, yang tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetis, tetapi juga memiliki kemampuan memunculkan aroma alami dari kopi.
Panel ini dirancang dengan pendekatan circular design—konsep daur ulang yang tidak hanya berorientasi pada pemanfaatan limbah, tetapi juga mengembalikan nilai emosional dan identitas material ke lingkungan asalnya. Dalam hal ini, kopi yang semula dikonsumsi di café, dikembalikan dalam bentuk panel untuk memperkuat atmosfer ruang café atau ruang-ruang bertema natural lainnya.
Komposisi panel terdiri dari ampas kopi yang dikeringkan, tepung tapioka sebagai pengikat alami, lem PVA untuk memperkuat daya rekat, dan aluminium foil pada bagian dasar sebagai lapisan penahan panas. Proses pembuatannya dilakukan secara mandiri oleh kelompok mahasiswa, mulai dari pengumpulan bahan dari café lokal, pengeringan, pencampuran, pencetakan dalam cetakan, hingga finishing dengan minyak kayu.
Dalam pengujian, aroma kopi tercium bahkan sebelum panel dipanaskan. Saat dipanaskan dengan sumber panas tinggi seperti api, aroma keluar dengan lebih kuat. Sementara uji dengan panas pasif seperti dari lampu belum menunjukkan hasil optimal. Uji aroma ini masih bersifat subjektif karena keterbatasan alat, namun dilakukan di ruangan tertutup untuk memastikan konsistensi hasil.
Salah satu mahasiswa anggota tim menyampaikan bahwa proyek ini berangkat dari kesadaran akan nilai limbah yang sering diabaikan. “Awalnya kami ingin buat material papercrete, tapi rasanya belum punya nyawa. Setelah berdiskusi, kami sadar kopi itu bukan sekadar limbah—dia punya identitas, punya cerita. Dari café, untuk kembali ke café,” ungkap [nama mahasiswa jika perlu].
Ia juga menambahkan bahwa selain fungsi aromatik, panel ini tetap memiliki fungsi dasar sebagai elemen dinding dekoratif. Dengan tampilan warna natural dari kopi dan tekstur organik, panel ini cocok diterapkan di ruang seperti spa, ruang meditasi, atau hunian bertema eco-design.
“Kami memang belum menguji daya tahan terhadap cuaca atau kelembapan ekstrem, karena dari awal memang kami desain hanya untuk penggunaan dalam ruangan. Tapi secara aroma dan nilai estetika, ini punya potensi besar untuk dikembangkan,” ujar Khairunnisa Nur Afifah Ahmad, salah satu mahasiswa dari tim pengembang.
Proyek ini tidak melibatkan mitra luar, namun seluruh proses dilakukan di bawah bimbingan dosen mata kuliah. Mahasiswa melakukan berbagai penyesuaian formula berdasarkan hasil eksperimen, termasuk menambahkan karbon aktif dari ampas kopi yang dibakar ringan, untuk memperkuat ketahanan aroma.
Meski sederhana dari sisi alat dan teknis produksi, panel aromatik ini mencerminkan komitmen mahasiswa Arsitektur Unibos dalam menjawab tantangan desain berkelanjutan. Proyek ini juga membuka peluang riset lanjutan di masa depan, termasuk penggunaan teknologi uji aroma yang lebih presisi dan pengembangan metode pemicu aroma pasif yang lebih efektif.
Dengan semangat eksploratif dan pendekatan lokal yang kuat, mahasiswa Unibos berhasil membuktikan bahwa inovasi bisa tumbuh dari material sehari-hari. Bahkan dari ampas kopi yang biasa dibuang, kini dapat menjadi bagian dari solusi desain ruang yang ramah lingkungan dan penuh makna.