Komitmen Universitas Bosowa (Unibos) dalam mencetak arsitek muda yang responsif terhadap isu sosial dan lingkungan kembali ditunjukkan melalui kegiatan presentasi Final Project Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur 1 (SPA 1) yang dilaksanakan pada Selasa, 22 Juli 2025. Bertempat di Lobby Lantai 1 Gedung 1 Unibos, kegiatan ini menghadirkan sesi presentasi serta tanya jawab interaktif antara mahasiswa dan dosen.
Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah wajib semester dua bagi mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Unibos. Di bawah bimbingan dosen pengampu Ibu Lisa Amalia, S.T., M.T., para mahasiswa diarahkan untuk tidak hanya mendesain bangunan secara estetis, tetapi juga menciptakan solusi arsitektural yang berangkat dari problematika nyata di lapangan.
“Final Project ini dirancang agar mahasiswa memahami bahwa arsitektur bukan sekadar bentuk visual, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial. Mereka belajar dari masyarakat, merumuskan isu, dan mengubahnya menjadi karya desain yang solutif dan kontekstual,” jelas Ibu Lisa dalam wawancara di sela kegiatan.
Empat lokasi nyata menjadi titik awal eksplorasi mahasiswa, yakni Danau Mawang, Pantai Punaga, Lapangan Passama Turukang, dan Pantai Seruni. Setiap kelompok mahasiswa ditantang untuk melakukan observasi langsung, berdialog dengan masyarakat setempat, dan merancang desain arsitektur berdasarkan analisis sosial dan lingkungan yang matang.
Salah satu mahasiswa peserta, dari kelompok proyek café apung Danau Mawang, menjelaskan bahwa mereka merancang bangunan terapung bertema tropis dengan menggunakan struktur bambu di atas kapal tongkang. “Kami ingin menyatukan elemen alam dan fungsi rekreatif masyarakat, sekaligus memberikan solusi arsitektur yang inovatif dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Proyek ini melibatkan seluruh mahasiswa angkatan 2024 yang tergabung dalam mata kuliah SPA 1, dibagi ke dalam 9 kelompok dengan tiga anggota per tim. Proses pengerjaan berlangsung sejak 28 April hingga puncaknya pada 22 Juli 2025.
Meskipun ini merupakan pengalaman pertama bagi banyak peserta, semangat dan antusiasme mereka patut diacungi jempol. Salah satu mahasiswa menyampaikan bahwa tantangan terbesar dalam proyek ini adalah menyusun 12 konsep arsitektur sekaligus mempertimbangkan banyak aspek teknis dan kontekstual. Namun, semua itu menjadi pelajaran berharga tentang kompleksitas dunia arsitektur yang sesungguhnya.
Melalui pendekatan metode studio, kegiatan ini tidak hanya mengasah kreativitas, tetapi juga pemikiran kritis, kemampuan riset lapangan, serta komunikasi desain mahasiswa. Penilaian final mencakup ketepatan merumuskan problem issue, kualitas ide sebagai solusi, serta kemampuan mempertahankan desain secara argumentatif.
“Harapan kami, mahasiswa mampu membawa pengalaman ini sebagai pijakan awal untuk terus tumbuh, mengembangkan ide-ide kreatif, dan memberikan kontribusi nyata melalui desain arsitektur yang berdampak,” tambah Ibu Lisa.
Kegiatan ini sekaligus menegaskan bahwa Unibos, melalui Program Studi Arsitektur, terus membangun budaya akademik yang kolaboratif, kontekstual, dan berorientasi pada pengabdian kepada masyarakat. Dengan fondasi pendidikan seperti ini, Unibos terus menunjukkan kapasitasnya sebagai institusi pendidikan tinggi yang melahirkan arsitek masa depan yang visioner dan berdaya saing global.