Dalam rangka memperingati Refugee Week yang diperingati secara global pada bulan Juni, mahasiswa Hubungan International (HI) mata kuliah Migrasi Global Universitas Bosowa (Unibos) turut menyemarakkan momen ini dengan menggelar berbagai kegiatan bertema pengungsi. Acara ini bertempat di Lounge Unibos Lt. 1, Gd. 1, Selasa (08/07/2025).
Kegiatan diadakan sebagai bentuk proyek akhir kuliah sekaligus kontribusi akademik terhadap peringatan Hari Pengungsi Sedunia yang jatuh setiap 26 Juni.
Refugee Week merupakan agenda tahunan yang diinisiasi di Inggris (UK) sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai isu-isu pengungsi, sekaligus merayakan keberagaman dan kontribusi para pengungsi di seluruh dunia. Tahun ini, para mahasiswa Unibos menghadirkan pendekatan yang unik dan kreatif melalui pertunjukan seni, pameran, serta dialog interaktif lintas benua.
Kegiatan dibuka dengan pertunjukan lagu rakyat Afrika Selatan berjudul Shosholoza. Lagu ini dulunya dinyanyikan oleh para penambang migran yang melakukan perjalanan panjang dan sulit menuju tambang. Dalam konteks acara ini, Shosholoza menjadi simbol ketahanan dan harapan bagi para pengungsi yang harus bertahan hidup jauh dari kampung halaman mereka.
Agenda berikutnya bertajuk Cerita Lintas Benua, yang menyajikan dialog simbolis antarnegara dari berbagai benua. Uniknya, yang “berbicara” bukanlah manusia, melainkan wilayah itu sendiri dari sudut pandang geografis dan historis. Lewat teknik penceritaan yang imajinatif, kegiatan ini menggambarkan dinamika migrasi dan pengalaman pengungsi secara global, dengan pendekatan naratif yang menyentuh dan reflektif.
Tidak hanya itu, rangkaian kegiatan juga menampilkan pameran fotografi dan kuliner, serta peluncuran scrapbook tematik berisi kumpulan cerita tentang pengungsi dari berbagai perspektif. Buku ini dihimpun dari hasil riset, wawancara, dan refleksi mahasiswa selama mengikuti mata kuliah Migrasi Global, yang mengupas isu-isu migrasi tidak hanya dari sisi statistik, tetapi juga dari narasi kemanusiaan.
Dosen pengampu mata kuliah, dalam sambutannya, menyatakan bahwa kegiatan ini bukan hanya sebagai tugas akademik, tetapi juga sebagai bentuk empati dan solidaritas terhadap komunitas pengungsi di seluruh dunia.
“Lewat karya, cerita, dan rasa, kami ingin membuka ruang dialog dan pemahaman lintas budaya serta menghapus stigma terhadap para pengungsi,” ungkapnya.
Refugee Week 2025 di Unibos menjadi bukti bahwa isu kemanusiaan bisa diangkat secara kreatif dan edukatif. Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa kampus bukan hanya tempat belajar teori, tetapi juga ruang untuk menciptakan perubahan sosial melalui seni, pengetahuan, dan kolaborasi lintas batas.