Tim mahasiswa dari Fakultas Psikologi berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2025. Lebih dari 40 proposal yang diajukan oleh Unibos, hanya tiga yang berhasil lolos dan salah satunya adalah tim dengan proposal berjudul “Almarhum Bangkit Lagi! Analisis Kapabilitas Psikologis Keluarga Akibat Collective Responsibility Adat pada Suku Toraja dalam Ritual Ma’nene.”
Tim beranggotakan lima orang ini terdiri dari empat mahasiswa Fakultas Psikologi yakni Pritcilia Novianti Roja, Nabila Putri Radiatul Ardi, Eunike Tampang, Muh. Aidil Efendi, dan satu mahasiswa dari Sosiologi, Nabilah Alfajira Basri.
Ketertarikan mereka pada budaya lokal menjadi motivasi utama dalam mengangkat tema ritual Ma’nene, salah satu tradisi sakral masyarakat Toraja yang melibatkan pengangkatan dan pembersihan jenazah leluhur. Judul yang unik dan menyentuh sisi emosional dinilai menjadi daya tarik tersendiri dalam proses seleksi proposal.
“Judul ‘Almarhum Bangkit Lagi’ itu kami pilih karena mengandung sisi emosional dan budaya yang kuat. Kami ingin menggali bagaimana kapabilitas psikologis keluarga terbentuk dari tanggung jawab kolektif dalam tradisi itu,” ujar Priscil. Ia menambahkan bahwa ritual Ma’nene tidak hanya menunjukkan ketaatan budaya, tapi juga membentuk daya tahan emosional keluarga.
Dalam proses penyusunan proposal, tim mengaku menghadapi banyak tantangan. Aidil, yang merupakan anggota termuda di tim, mengatakan bahwa ia perlu beradaptasi dan belajar dari seniornya. “Saya belajar bagaimana berkontribusi dengan maksimal meski saya masih berada di jenjang awal perkuliahan,” ujarnya.
Tak hanya itu, tim ini juga didampingi oleh dosen dari Fakultas Psikologi sebagai pembimbing utama. Kolaborasi lintas disiplin antara Psikologi dan Sosiologi menjadi kekuatan utama mereka dalam membedah fenomena budaya ini secara lebih komprehensif.
Saat ditanya mengenai pentingnya mengangkat budaya lokal dalam penelitian, mereka sepakat bahwa mahasiswa perlu menjadi agen pelestari tradisi. “Budaya seperti Ma’nene bisa memberi kontribusi ekonomi dan pariwisata, tapi lebih dari itu, penting untuk dilihat dari sisi psikologis dan sosial agar tidak hanya menjadi tontonan, tapi pemahaman yang utuh,” jelas mereka.
Harapan mereka ke depan adalah agar riset ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Toraja, tapi juga dapat dikenal secara lebih luas hingga ke tingkat nasional bahkan internasional. Mereka juga berharap bisa melaju ke ajang PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional).
Menutup perbincangan, Aidil menyampaikan pesan inspiratif untuk mahasiswa lain yang ingin mencoba PKM. “Jangan takut untuk melangkah. Gagal lebih baik daripada tidak pernah mencoba,” tutupnya.