Komunitas Petani Kopi di Desa Je’netallasa, Kabupaten Jeneponto, kini tengah giat mengembangkan ekonomi lokal berkelanjutan melalui pemanfaatan teknologi informasi dengan binaan tim dosen pengabdi dari Universitas Bosowa yang dipimpin oleh Dr. Rezki Amalia Wahyuni Mustakim, dengan anggota tim Ramadhan Umar, S.Psi., M.Si., dan Sudirman, S.Kom., M.Msi., M.Kom, berlangsung di Kab. Jeneponto, Selasa (24/9/2024).
Kegiatan pemberdayaan yang bertajuk “Pemberdayaan Komunitas Petani Kopi dalam Pembangunan Ekonomi Lokal yang Berkelanjutan Melalui Penerapan Teknologi Informasi” ini menggandeng Kelompok Tani Kopi Aroma Je’netallasa sebagai mitra strategis, dengan tujuan meningkatkan akses pasar produk kopi lokal melalui pemanfaatan website, aplikasi mobile e-commerce, dan media sosial.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Rezki Amalia Wahyuni Mustakim terkait tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh masyarakat yaitu untuk menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk pasar nasional dan internasional.
“Kami ingin membantu petani kopi lokal meningkatkan penjualan mereka dengan cara memanfaatkan teknologi digital. Di era saat ini, pemasaran online sangat penting untuk memperluas jaringan konsumen,” ujar Ketua Tim Pengabdian.
Kegiatan yang berlangsung selama beberapa hari ini melibatkan sejumlah mahasiswa dari jurusan psikologi, perencanaan wilayah dan kota, agribisnis, dan ekonomi. Para mahasiswa bersama tim dosen berkolaborasi dengan para petani dalam pelatihan penggunaan platform digital, mulai dari pengelolaan akun media sosial hingga pemanfaatan aplikasi e-commerce.
Lebih lanjut, Dr. Rezki Amalia Wahyuni Mustakim juga menjelaskan beberapa tahapan yang dilalui selama proses pengabdian ini, mulai dari sosialisasi hingga evaluasi dan pembimbingan berkala oleh dosen dan mahasiswa tim pengabdi Unibos untuk memastikan keberlanjutan program dan keterampilan bagi masyarakat.
“Program ini terdiri dari beberapa tahapan penting, pertama adalah sosialisasi, di mana tim pengabdian memperkenalkan proyek yang akan dilaksanakan pada para pemangku kepentingan, termasuk petani kopi, kepala desa, dan tokoh masyarakat. Selanjutnya, petani kopi diberikan pelatihan mengenai teknik budidaya kopi yang efisien, penggunaan aplikasi teknologi informasi, serta strategi pemasaran produk kopi. Setelah itu teknologi mulai diterapkan dibawa pendampingan dan evaluasi berkala oleh tim pengabdi,” jelasnya.
“Untuk memastikan keberlanjutan program, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan dirancang agar dapat terus berlanjut melalui transfer pengetahuan ke kelompok masyarakat lokal yang akan meneruskan program ini di masa mendatang,” tambahnya.
Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari para petani sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Kelompok Tani Kopi Aroma Je’netallasa, mengatakan bahwa program ini memberikan harapan baru bagi petani kopi di desa tersebut.
“Kami sangat terbantu dengan adanya pendampingan ini. Teknologi yang dulu kami anggap sulit, sekarang bisa kami manfaatkan untuk menjual kopi lebih luas lagi,” ujarnya.
Program pemberdayaan ini merupakan bagian dari komitmen Universitas Bosowa dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal berbasis masyarakat melalui penerapan teknologi digital yang tidak hanya juga berfokus pada peningkatan kualitas produk kopi dengan memberikan pendampingan dalam pengelolaan pasca-panen, pengemasan, dan branding produk. Diharapkan, dengan pengemasan yang lebih menarik dan strategi branding yang tepat, kopi Aroma Je’netallasa akan semakin diminati konsumen dan diharapkan mampu menciptakan model pemberdayaan yang berkelanjutan dan dapat ditiru oleh komunitas lain di wilayah Sulawesi Selatan.