Pesta literasi tahunan Makassar International Writers Festival (MIWF) kembali digelar. Sebagai rangkaian, diskusi panel yang membahas Colliq Pujie, Kamis (19/5).
Bertempat di Auditorium Aksa Mahmud, Lantai 9, Gedung II, Universitas Bosowa, kegiatan ini dihadiri oleh para penggiat sastra dan mahasiswa serta masyarakat umum yang tertarik dengan salah satu tokoh fenomenal berdarah bugis, Colliq Pujie.
Dialog yang dimoderatori oleh Zulkhair Burhan, Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas Bosowa ini menghadirkan Ahmad Saransi selaku Kepala Bidang Pembinaan dan Kerjasama Kearsipan dan Alwy Rachman akademisi dari Universitas Hasanuddin.
Dalam dialog ini, dipaparkan tentang bagaimana perkembangan budaya tulis di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan sendiri. Tentang budaya tulis, Ahmad Saransi menegaskan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan pada dasarnya memiliki tradisi tulis yang kuat. Dalam tradisi masyarakat Sulawesi Selatan sendiri, telah ada aksara Lontara Sulapa Eppa, Lontara Jangang-jangang, Lontara Arab Serang, dan Lontara Bilang.
Diperkenalkannya, Colliq Pujie adalah Juru tulis kerajaan Tanete yang juga adalah penulis Sure’ Baweng. Sure’ Baweng adalah salah satu naskah tua bugis yang ditulis dalam gulungan lontarak yang indah dan salah satu naskah terbaik yang dimiliki oleh masyarakat bugis.
Colliq Pujie adalah tokoh bugis yang mengajarakan tentang kesederhanan dan perjuangan yang tiada henti. Dikisahkan tentangnya yang berjuang tanpa henti untuk mengubah nasib. “Dalam kehidupan seperti sekarang ini, sebagai seorang mahasiswa harusnya kita mampu belajar dari sosok Colliq Pujie. Tentang semangat dalam menuntut ilmu,” ungkapnya.
Kegiatan MIWF yang tahun ini mengangkat tema “Baca!” ini juga terselenggara atas kerja sama dengan Bosowa Foundation. Dalam rangkaiannya, MIWF yang akan digelar hingga tanggal 21 Mei mendatang ini, akan menggelar tiga rangkaian acaranya di Universitas Bosowa, hingga besok, 20 Mei. (Humas Unibos)