Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisip Universitas Bosowa menggelar Kuliah Umum yang merupakan rangkaian dari Latihan Dasar Kepemimpin (LDK) Fisip, Kamis (31/3). Kuliah umum ini digelar di Balai Sidang Universitas Bosowa.
Kuliah umum yang menghadirkan Harles Simanjuntak selaku Direktur Intelijen Polda Sulselbar dan Prof. H. Muh. Arifin Hamid selaku Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulsel sebagai pembicara ini mengangkat tema Meninjau Kembali Konsep Deradikalisme dalam Pemberantasan Terorisme di Indonesia.
Pemilihan tema ini merupakan harapan agar melalui forum-forum semacam ini, bisa hadir revolusi gagasan dan banyak solusi atas permasalahan-permasalahan terorisme di Indonesia hari ini. Hal ini yang diungkapkan oleh Dr. Abd Haris Hamid selaku Wakil Rektor III Unibos. “Ada empat masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia hari ini. Yaitu, korupsi, gerakan-gerakan radikal, narkoba, dan begal,” tegasnya.
Kuliah umum yang dimoderatori oleh Irwansyah Syarifuddin ini dihadiri oleh mahasiswa, civitas akademika Unibos dan berbagai tamu undangan yang berasal dari perguruan tinggi lainnya di Makassar.
Pada kesempatan ini, Ketua FKPT Sulsel yang juga merupakan Wakil Rektor I Universitas Islam Makassar (UIM) mengungkapkan bahwa terhitung sejak tahun 2000 hingga 2014, telah tercatat 950 masyarakat Indonesia yang tergabung dalam kegiatan-kegiatan yang berbau terorisme. “Dari semua proses yang ada, telah ada 380 orang yang dinyatakan bebas,” ungkapnya.
Strategi penanganan inilah yang kemudian dijabarkan oleh Harles Simanjuntak dalam materinya tentang Revolusi Mental dan Strategi Penanggulangan Terorisme. Direktur Intelijen Polda Sulselbar ini mengungkapkan bahwa saat ini Polri telah mengubah pola penanganan terrorisme di Indonesia. “Dulu, kami masih menggunakan pendekatan keras, Saat ini, kami telah menggunakan pendekatan yang lebih halus,” tegasnya. Pendekatan halus yang dilakukan adalah Kontra Radikalisasi dengan menyasar masyarakat yang pengetahuannya akan kegiatan-kegiatan terror masih minim. Selanjutnya, penanganan yang dilakukan adalah deradikalisasi, kontra ideologi, dan menetralisir media, serta menetralisir situasi kondusif terhadap perkembangan radikalisasi.
Lebih lanjut, Harles Simanjuntak menambahkan bahwa Sulawesi Selatan pada khususnya memiliki beberapa faktor yang memungkinkan perkembangan kegiatan-kegiatan yang mengarah ke aksi terorisme. Seperti, Faktor Historis, letak geografis Sulsel yang dekat dengan daerah yang hangat dengan isu terorisme, dan perkembangan organisasi masyarakat dengan label agama. Selain itu, masyarakat Sulsel yang cukup ramah dan terbuka dengan orang dan kebudayaan-kebudayaan baru juga menjadi faktor penting.
“Untuk menangkal kegiatan-kegiatan radikal, maka milikilah kepribadian yang unggul,” tegasnya. Kepribadian unggul menurutnya hanya bisa dimiliki oleh pemahaman akan jati diri masing-masing. (Humas Unibos)