Laboratorium Hubungan Internasional menggelar Kuliah Umum bersama Hikmat Darmawan, Senin (23/3). Kegiatan ini digelar di Ruang Rapat Senat, Lantai 9, Gedung 1, Unibos.
Dengan mengangkat tema Diplomasi Budaya Melalui Sastra, Hikmat Darmawan selaku salah seorang komikus Indonesia berbagi pengalaman kepada seluruh peserta diskusi saat dirinya dan tidak banyak para penggiat sastra di Indonesia yang mendapat kesempatan untuk terlibat dalam Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 yang lalu.
FBF merupakan event literasi terbesar dan tertua yang diikuti oleh 7000 peserta, 100 negara, dan dihadiri oleh 300.000 pengunjung. Pada tahun 2015 yang lalu, Indonesia terpilih sebagai Guest of Honor, dan memberangkatkan 45 sastrawan, 13 komikus, 7 buku anak, 9 buku non-fiksi, 2 digital, 14 juru masak, 8 tokoh kuliner, 6 aktivis literasi, 14 narasumber seminar, dan 5 pembawa acara.
Hikmat Darmawan menyampaikan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hari ini, juga dipengaruhi oleh infrastruktur. Jika kita memiliki visi untuk mengembangkan minat baca maka kewajiban kita adalah meningkatkan infrastruktur, hal ini ditegaskan oleh Hikmat dalam pemaparannya.
“Buku sebagai benda juga harus dipikirkan keberadaannya. Sehingga wacana kebudayaan, tidak hanya berada di tataran wacana saja, melainkan lebih menyentuh hal-hal yang konkret,” ungkap Hikmat Darmawan yang juga adalah perwakilan dari Koalisi Seni Indonesia.
“Banyak yang bilang, daya baca kita meningkat. Namun menurut saya, bukan daya baca yang meningkat. Namun, daya beli buku lah yang meningkat,” tegasnya. Menurutnya, hal ini bisa dilihat dari buku-buku yang terjual adalah buku-buku yang ramai dibicarakan, baik media sosial, ataupun media lainnya.
Menyoal sastra, Zulkhair Burhan selaku Ketua Program Studi Ilmu hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unibos mengungkapkan bahwa kuliah umum ini merupakan kesempatan emas bagi mahasiswa HI khususnya, dan seluruh kalangan pada umumnya untuk lebih melihat ilmu HI dari beragam sudut pandang, termasuk dari pandangan berbagai disiplin ilmu.
“Tugas anak HI hari ini adalah mencari tahu lebih jauh tentang studi HI kontemporer. Dunia ini berkembang sangat pesat, sehingga dibutuhkan pemahaman dan kemampuan yang juga cepat untuk belajar banyak hal,” ungkapnya. Zulkhair menambahkan bahwa dalam diskusi ini, seluruh peserta belajar bagaimana budaya bisa menjadi alat diplomasi. (Humas Unibos)