Panggung Gedung Lestari Universitas Bosowa memancarkan semangat seni dan budaya pada Rabu, 12 November 2025 pukul 20.00 WITA, ketika Lembaga Kesenian Mahasiswa (LKM) Unibos menampilkan pementasan seni bertema “Siri’ Na Pacce.” Gelaran ini bukan hanya pertunjukan, tetapi juga momentum penting untuk pengukuhan anggota baru sekaligus ujian kreativitas setelah melalui proses panjang penelitian budaya hingga penggarapan konsep artistik.
Ketua Umum LKM Unibos, M. Yusuf Azis, menjelaskan bahwa pementasan ini merupakan ruang pembelajaran yang dirancang serius dan profesional. Seluruh rangkaian acara digarap oleh Panitia Pelaksana, Tim Produksi, Pengurus LKM Unibos, serta mendapat dukungan penuh dari pekerja seni kampus se-Kota Makassar. Keterlibatan lintas kampus ini menegaskan posisi Unibos sebagai pusat kolaborasi seni mahasiswa yang dinamis dan bernilai tinggi.
Tema besar “Siri’ Na Pacce” menjadi roh penting pertunjukan, yang merefleksikan nilai kehormatan, solidaritas, dan empati dalam budaya Bugis-Makassar. Selaras dengan karakter LKM sebagai wadah kesenian, pementasan disusun berdasarkan lima divisi seni—musik, tari, sastra, teater, rupa, dan multimedia—sehingga setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi minat artistik mereka secara menyeluruh.
Pertunjukan menghadirkan rangkaian karya yang kaya dan beragam, mulai dari Tarian Paduppa, Angngaru, Tari Siri’ (Kreasi), Sastra Budaya dan Waktu, Lagu Jati Diri, Tari Pacce (Kontemporer), Lagu Alama Sea Sea, Sastra Paruntu’ Kana, Teater Siri’ Na Pacce, hingga Lagu Tangguh Bersama – Nawasena. Semua karya ini merupakan hasil proses empat bulan yang meliputi penelitian, penulisan karya, penggarapan, latihan, hingga pementasan, menunjukkan komitmen dan kedisiplinan para anggota.
Walau dihadapkan pada tantangan seperti keterbatasan waktu latihan di kampus dan kebutuhan mencari lokasi latihan alternatif yang sering terhambat cuaca serta akses, para panitia tetap menjaga kualitas produksi dengan kerja sama dan strategi yang matang. Yusuf Azis menegaskan bahwa pementasan ini diharapkan menjadi wadah pelestarian tradisi daerah serta memberi dampak positif bagi mahasiswa Unibos dalam memahami budaya sekaligus mendorong keberlanjutan kegiatan seni di lingkungan kampus. Dengan keberhasilan ini, nama Unibos kembali terangkat sebagai kampus yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga kaya dalam kontribusi seni dan budaya.